Dimulai
saat lelaki untuk main billiard
Perempuan itu datang
memegang segitiga
penyusun bola billiard
Dia mulai menyusun bolanya dengan rapi
mungkin
itu ialah pekerjaannya
Lelaki begitu banyak bermain di tempat billiard
;
sementara aku hanya duduk manis di bangku sembari menulis puisi ini,
dan menerbangkan pikiran ke mana kusuka -- Atau barangkali, ke taman
mimpiku
Perempuan
yang berciri rambut diikat di bagian atasnya
sedikit menarik mataku
untuk memandanginya dengan hening
Tiba-tiba aku berpikir, Perempuan
secantik dia mau menyusun bola billiard?
Sementara dia tidak tahu di
tempat billiard banyak lelaki -- yang siap kapan saja menggila kelakuannya.
Aku menggeleng pelan, dia sudah selesai menyusun bola billiard untuk yang
kesekian kalinya
--
Lalu dia menjauh, mencari tempat duduk untuk melepas lelahnya
barangkali
Perempuan ini tidak hentinya membuatku memandanginya
barangkali dia menengokku yang memandanginya juga
Rasanya tempat ini
membuatku pengap akan pendengaran, alunan musik yang tidak asing lagi
bagi anak-anak yang menyukai dugem sendiri atau dengan teman-temannya;
sementara aku tidak suka mendengarnya
Sembari
menggeleng pelan, inikah musik teman-teman sepadan denganku? --
Jawabnya selalu kutemui, bisa iya, bisa juga tidak. Tentu, untuk
sebagiannya saja. Kembali lagi pada Perempuan
penyusun bola billiard, rambutmu laksana puncak kecantikkanmu menarik
mataku, setelah wajahmu yang barangkali berhias bedak padat atau
barangkali tidak sama sekali
Maka
puisi ini; dialah kau Perempuan penyusun bola billiard yang membuatnya
ada
-- Aku menulisnya dengan menaruhkan tentangmu; padahal aku tidak
mengenalmu, hanya memandangimu
Oh
Perempuan penyusun bola billiard
aku tidak jatuh cinta padamu
Hanya
saja menuliskan puisi ini; seindah-indahnya, seperti kau membuat
mata-mata lelaki begitu indah dengan segala apa yang ada padamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar